JAKARTA - Semuel A. Pangerapan Dirjen Aplikasi Informatika mengungkapkan bahwa pihaknya akan membuka blokir akses web Telegram pada pekan ini.
"Peraturan dari kami, kalau memang sudah terpecahkan, atau ada indikasi untuk diselesaikan, maka akan diproses segera. Dalam waktu dekat minggu ini kita cari hari baiknya," ujar Semuel saat konferensi pers di Gedung Kominfo, Jakarta Pusat, Selasa (1/8/2017).
Bersamaan dengan itu, Chief Executive Officer (CEO) Telegram, Pavel Durov yang juga menyambangi kantor Kominfo mengungkapkan bahwa ia akan membuat tim untuk melancarkan komunikasi demi membasmi konten negatif di platform-nya.
"Jadi, kami sudah menyetujui untuk mengamankan komunikasi dalam percakapan pribadi di Telegram. Kami segera membentuk tim khusus untuk memantau gerakan propaganda teroris yang dilakukan melalui percakapan, seperti ISIS. Waktunya, saya belum bisa menentukan kapan tepatnya. Tapi 24 jam dari sekarang, kami akan mungkin menonaktifkan akun atau channel mereka. Karena kami akan segera menambah anggota yang berasal dari orang Indonesia," terang Durov.
Â
Baca juga: Ciye.. Mesranya Bos Telegram dengan Menkominfo
Durov mengakui jika Indonesia termasuk negara yang diistimewakan. Oleh karena itu, dirinya dan juga Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara berkomitmen untuk bersama-sama membasmi konten negatif yang berada di platform Telegram.
"Kami berdiskusi tentang cara untuk memblokir konten-konten yang berkaitan dengan propaganda terorisme pada Telegram, channel-channel yang berbau radikalisme. Ini adalah komitmen kami untuk memberantas terorisme secara global, khususnya di Indonesia. Kami akan menyamakan visi kami," tambah Durov.
Dijelaskan sebelumnya, Kominfo beserta lembaga terkait telah memblokir 11 DNS terkait dengan Telegram berbasis web sejak 14 Juli lalu, namun pengguna smartphone masih dapat menggunakan aplikasi Telegram versi mobile.
Baca Juga: Rayakan Satu Tahun, BuddyKu Fest Hadirkan Sesi Media Challenges
Follow Berita Okezone di Google News
(ahl)