Tidak ada satu sumber energi listrik di Indonesia yang bisa memenuhi pasokan energi nasional berskala besar sebagai based load, selain nuklir.
"Sudah saatnya, penggunaan teknologi energi konvensional dialihkan ke teknologi energi bersih dan ramah lingkungan. Ini sekaligus juga untuk memenuhi komitmen Indonesia terhadap COP-21 dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada 2030,”ujar Staf Ahli Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Bidang Relevansi dan Produktivitas Agus Puji Prasetyono.
Berdasarkan analisis makroekonomi di berbagai studi telah menjawab. PLTN, kata Agus merupakan teknologi tunggal dan paling murah dalam segala situasi. PLTN juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan lapangan pekerjaan di seluruh lini ekonomi (multiplier effects).
PLTN hadir sebagai spill over knowledge, impuls yang bakal menumbuhkan industri yang memiliki daya saing, kemandirian, serta mampu mewujudkan kesejahteraan anak negeri.
Menurut Agus, setidaknya ada lima kriteria pemanfaatan nuklir sebagai energi listrik. Pertama, teknologi yang dipilih harus sudah matang dan teruji. Kedua, dibutuhkan dukungan pemerintah dan penjaminan untuk menjangkau biaya teknologi. Ketiga, adanya rancangan smart business model. Keempat, dukungan kuat atas infrastruktur dasar dan pendukungnya, dan kelima adalah pengakuan kemampuan oleh dunia internasional dalam mengelola dan mengoperasikan tiga reaktor riset, fasilitas produksi bahan bakar nuklir dan fasilitas pengolahan limbah radioaktif.
(ABD)