JAKARTA - Belum lama ini beberapa e-commerce di Indonesia ramai diberitakan terkait peretasan. E-commerce tersebut yakni Tokopedia, Bukalapak, dan Bhinneka. Data para pengguna ketiga e-commerce tersebut diperjualbelikan secara bebas di dark Web (website gelap atau ilegal) dan forum-forum internet.
Menurut Pakar Keamanan Siber dan Chairman Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC (Communication & Information System Security Research Center), Pratama Persadha menilai e-commerce memang menjadi sasaran utama peretas dewasa ini. Hal tersebut lantaran peretas menyasar data pengguna.
"Bayangkan saja untuk data Tokopedia yang diperjualbelikan diklaim berjumlah 91 juta data, bahkan 15 juta di antaranya sudah sempat bisa di-download secara gratis. Data dalam era digital saat ini memang menjadi lebih berharga dibanding minyak dan emas," kata Pratama kepada Okezone, Rabu (13/5/2020).
Menurutnya dengan puluhan juta data tersebut seseorang dapat menggunakan untuk berbagai tindak kejahatan seperti telemarketing palsu hingga phising, di mana pelaku mengirimkan link palsu untuk mendapatkan data perbankan target atau mengirim malware.
"Berbeda dengan meretas situs pemerintah yang biasanya bertujuan menyampaikan aspirasi politik maupun sekedar mencari nama. Bila kita cek ke forum-forum jual beli data hasil peretasan, memang sebagian besar adalah data hasil meretas marketplace dan juga data kartu kredit. E-commerce yang mempunyai semua data yang diinginkan peretas, data netizen berupa nomor seluler, email bahkan kartu kredit. Hal inilah yang seharusnya disadari sejak awal oleh pemilik marketplace untuk mengamankan sistemnya dengan baik," jelas Pratama.
(amr)