JAKARTA - Rusia mengumumkan temuan vaksin Covid-19 yang diberi nama āSputnik Vā pada Selasa (11/8/2020). Dengan hadirnya vaksin Covid-19 itu, para ilmuwan merasa skeptis dan khawatir dengan apa yang diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin.
Hal ini disampaikan oleh beberapa ilmuwan Eropa dan Amerika Serikat, salah satunya pakar penyakit menular Athony Fauci.
āMemiliki vaksin dan membuktikan bahwa vaksin itu aman dan efektif adalah dua hal yang berbeda,ā ucap Fauci dalam diskusi panel dengan National Geographic, dikutip The Hill.
Melalui laporan BBC, dikabarkan Rusia memulai penelitian vaksin pertama mereka melalui Institut Gamaleya di Moskow pada 17 Juni lalu. Ini menandakan bahwa baru dua bulan pasca penelitian dilakukan, Rusia telah mengklaim bahwa vaksin mereka aman dan efektif untuk menangkal Covid-19.
Selain waktu yang singkat, Institut Gamaleya juga hingga kini belum membeberkan data keamanan dan kekebalan yang dimaksud.
Selain itu, kekhawatiran juga muncul setelah Kementerian Kesehatan Negara Rusia mengeluarkan sertifikat pendaftaran untuk vaksin āSputnik Vā. Dilansir Science Magazine, pada sertifikat itu tertera bahwa vaksin baru diujikan pada 76 orang saja dan baru dapat digunakan pada 1 Januari 2021 setelah uji klinis lanjutan dilakukan.
Dengan ini maka secara tidak langsung Rusia menyatakan bahwa mereka belum melakukan uji coba tahap tiga yang seharusnya dilakukan.
Dalam suatu uji coba setidaknya ada tiga fase yang harus dilalui dan melibatkan subjek maupun jumlah subjek yang berbeda.
Merujuk pada laman web resmi āSputnik Vā, uji coba tahap ketiga baru akan dilakukan pada 12 Agustus dengan melibatkan 2000 orang yang berasal dari Rusia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Meksiko, dan Brasil.
Ini tentunya menjadi hal yang sangat berisiko. Seharusnya pengumuman keberhasilan dipublikasikan setelah uji coba tersebut selesai. Mengingat dengan jumlah tersebut tidak menutup kemungkinan āSputnik Vā dapat dinyatakan gagal.
Sebagaimana dilansir New York Times, Natalie Dean, ahli biostatistik dan penyakit menular di University of Florida sebelumnya mencatat bahwa bahkan vaksin yang telah melalui fase pertama dan kedua dengan sukses dapat tetap gagal pada tahap selanjutnya.
Inilah mengapa ilmuwan dunia merasa Rusia tidak sebaiknya gegabah hanya untuk menjadi yang nomor satu.
Baca juga: Sejarah Singkat Mengenai Perkembangan Komputer
Sementara itu, tidak hanya ditentang oleh ilmuwan dunia, beberapa orang di Rusia juga merasa hal ini terlalu gegabah dan konyol. āPendaftaran yang dipercepat tidak akan lagi membuat Rusia menjadi pemimpin dalam perlombaan ini, itu hanya akan membuat pengguna akhir vaksin, warga negara Federasi Rusia, dalam bahaya yang tidak perlu,ā ucap Svetlana Zavidova, seorang pengacara yang mengepalai Asosiasi Organisasi Riset Klinis di Rusia, dikutip Science Magazine.
Hingga kini belum dipastikan apakah Rusia akan tetap menyatakan vaksin āSputnik Vā sebagai suatu keberhasilan. Namun sejauh ini, di September mendatang, Rusia telah menjadwalkan untuk memproduksi vaksin tersebut dalam jumlah besar.
Ini akan digunakan untuk vaksin massal pada Oktober mendatang sebelum akhirnya āSputnik Vā dipasarkan secara global.
(ahl)