PARA arkeolog menemukan Kota Suku Maya yang besar di Guatemala Utara. Di sana ditemukan sisa-sisa pengangkut zeolit untuk penyaringan air ribuan tahun lalu. Sistem filter air ini dinilai sudah canggih.
Salah seorang peneliti, Dr Kenneth Tankerslay, dari Universitas Cincinnati menemukan kristal kuarsa dan zeolit saat menggali di Waduk Corriental. Ini menjadi salah satu sumber air minum di Tikal.
Baca juga: Arkeolog Temukan Mumi Hewan Llama Berusia 500 TahunÂ
Kenneth mengamati kombinasi kuarsa dan zeolit akan mengilangkan beberapa patogen dari pasokan air, termasuk logam berat, senyawa kaya nitrogen, dan bakteri. Ini merupakan upaya untuk menghilangkan bakteri dan kotoran lainnya.
"Sistem ini masih akan efektif sekarang dan Suku Maya menemukannya lebih dari 2.000 tahun lalu," kata Kenneth, seperti dikutip dari IFL Science, Senin (26/10/2020).
Batu kapur berpori tempat duduk Tikal, di tempat yang sekarang menjadi Guatemala Utara, tidak cocok dijadikan sumur untuk menyimpan air saat musim kemarau. Jadi, akses ke air bersih akan menjadi sangat penting.
Satu dekade lalu, rekan penulis bernama Nicholas Dunning melaporkan penemuan batuan vulkanis yang dikenal sebagai tufa, kaya akan kuarsa dan zeolit.
"Itu mengeluarkan air dengan kecepatan yang baik. Pekerja mengisi ulang botol air mereka dengan itu. Tempat itu terkenal secara lokal karena bersih dan manisnya air," kata Nicholas.
Baca juga: Gambar Kucing Raksasa Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Nazca PeruÂ
Endapan tufa mungkin menghasilkan air yang sama baiknya dengan air ribuan tahun lalu. Ilmuwan telah mengidentifikasi bahwa bahan pembuatnya dapat menyaring dengan sangat efektif.
Mineral di Situs Dunning sama dengan yang ada di Waduk Corriental, tetapi tidak ada yang lagi yang serupa ditemukan di Situs Tikal lainnya. Hal ini termasuk dua waduk lain yang digali oleh tim, menunjukkan bahwa mineral tersebut ditambang dan diangkut sejauh 30 kilometer ke kota.
Follow Berita Okezone di Google News