FENOMENA alam gerhana bulan total (GBT) atau Super-Blood Moon yang terjadi Rabu malam tidak sekadar peristiwa unik dan langka. Namun, gerhana bulan total ini juga sekaligus menjadi penguat fakta bahwa Bumi itu bulat dan tidak datar.
Penegasan peristiwa gerhana bulan total sebagai penanda Planet Bumi bulat itu sebagaimana diungkapkan Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin.
Baca juga: Fakta-Fakta Menarik Gerhana Bulan Total, Termasuk Julukan LucunyaÂ
"Proses gerhana sebagian bentuknya lengkung. Ini menunjukkan bahwa Bumi ini bulat," kata Thomas, seperti dikutip dari siaran di kanal YouTube Lapan RI, Rabu 25 Mei 2021.
Dia menjelaskan, Bumi tidak mungkin datar, sebab nanti bentuk bayangannya tak lengkung. "Tidak mungkin bentuknya datar, nanti bayangan di bulannya entah seperti apa. Ini bentuknya lengkung menunjukkan Bumi itu bulat," ujarnya.
Gerhana bulan total atau Super-Blood Moon merupakan peristiwa di mana bulan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi.
Puncak gerhana ini terjadi pada pukul 18.18.43 WIB atau 19.18.43 WITA atau 20.18.43 WIT dengan jarak 357.464 kilometer dari Bumi. Untuk durasi fase total gerhana kali ini yaitu 14 menit 30 detik.
Baca juga: Gerhana Bulan Ternyata Ada 3 Jenis, Apa saja?Â
Dikutip dari laman BMKG, Fase (P1) Awal Gerhana Bulan mulai pukul 15.46.12 WIB, 16.46.12 WITA, 17.46.12 WIT yang melintas memotong Papua bagian tengah, sehingga pengamat di Provinsi Papua dapat menyaksikan seluruh proses terjadinya gerhana bulan total ini.
Kemudian Fase (U1) gerhana bulan sebagian mulai pukul 16.44.38 WIB, 17.44.38 WITA, 18.44.38 WIT, melintas memotong Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara, sehingga pengamat di wilayah Indonesia Timur, Pulau Sulawesi bagian timur, dan Nusa Tenggara Timur dapat menyaksikan kejadian ini.