JAKARTA - Studi baru mengungkapkan, ketika asteroid pemusnah dinosaurus bertabrakan dengan Bumi 66 juta tahun yang lalu, sejumlah besar belerang di mana volumenya lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya, terbang tinggi ke stratosfer.
Dilansir dari Live Science, Rabu (23/3/2022), setelah mengudara, awan besar gas yang mengandung belerang ini menghalangi Matahari, dan membekukan Bumi selama beberapa dekade hingga berabad-abad.
Kemudian, jatuh sebagai hujan asam mematikan di Bumi, mengubah samudera menjadi lautan kimia selama puluhan ribu tahun, yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
"Kami telah meremehkan jumlah belerang yang diciptakan oleh dampak asteroid ini," kata peneliti studi dan seorang dosen di School of Earth Sciences di University of Bristol di Inggris,James Witts.
Akibatnya, perubahan iklim yang terkait dengannya mungkin jauh lebih para daripada yang diduga sebelumnya.
Fakta bahwa belerang terus mengalir ke permukaan Bumi ini, dapat membantu menjelaskan mengapa butuh waktu lama bagi kehidupan, terutama kehidupan laut untuk pulih.
Sebab, sejumlah belerang yang jatuh ke daratan kemudian hanyut ke lautan. Temuan para peneliti ini disebut benar-benar kebetulan.
"Itu sama sekali bukan sesuatu yang direncanakan," kata Witts.
Tim peneliti awalnya berencana untuk mempelajari geokimia cangkang purba di dekat Sungai Brazos di Falls County, Texas. Tempat unik yang berada di bawah air selama kepunahan Zaman Kapur akhir, ketika dinosaurus non-unggas musnah.
Lokasinya, juga tidak terlalu jauh dari kawah Chicxulub di Semenanjung Yucatan, Meksiko, tempat asteroid selebar 10 kilometer menghantam permukaan Bumi.
Baca Juga: Sinergi KKP dan TNI AL Berantas Penyelundupan BBL Ilegal di Batam