JAKARTA - Mayat bisa memberitahu banyak hal, dengan memantau bagaimana mayat membusuk, para ilmuwan dapat meningkatkan pemahaman tentang seluk-beluk proses dan akurasi agar dapat menemukan dan mengidentifikasi orang mati, serta menentukan waktu kematian.
Dilansir dari BBC Science Focus, Rabu (13/4/2022), setelah kematian, tubuh terurai menjadi bahan organik yang lebih sederhana melalui proses biologis dan kimia. Proses ini dapat berlangsung dari beberapa minggu hingga beberapa tahun, tergantung pada sejumlah faktor.
Reaksi kimia yang terlibat dalam proses peluruhan akan semakin cepat dengan meningkatnya suhu. Demikian juga, tubuh dapat tetap 'segar' lebih lama di periode musim dingin, atau di iklim yang lebih dingin.
Dan ada faktor lain yang menunda pembusukan, termasuk penguburan di tanah atau penyegelan di peti mati, sedangkan keberadaan insektisida di sekitar tubuh akan menunda kedatangan serangga (dan karenanya memperlambat pembusukan), meskipun tidak mencegah mayat pada akhirnya tinggal tulang belulang.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Australia juga menemukan bahwa mayat dapat bergerak selama proses pembusukan . Dan itu lebih dari sekedar kedutan.
Mereka menemukan jika gerakan terjadi di semua anggota badan setelah kematian, termasuk pada tahap dekomposisi lanjut. Secara khusus, mereka mencatat kalau lengan bergerak dari posisi bawah di samping tubuh, ke posisi peregangan di kedua sisi.
"Kami pikir gerakan itu berhubungan dengan proses pembusukan, saat tubuh menjadi mumi dan ligamen mengering," kata peneliti taphonomy, Alyson Wilson.
Tahapan Perubahan Tubuh Manusia Pasca Kematian
1. Mayat Tampak Pucat
Tahap ini bisa berlangsung beberapa hari hingga seminggu. Salah satu perubahan pertama yang terlihat adalah timbulnya pallor mortis. Ini adalah saat tubuh mulai pucat akibat kurangnya sirkulasi dan darah berhenti mengalir melalui kapiler. Pallor Mortis biasanya muncul dalam waktu sekitar 15 menit setelah kematian.
Kemudian, terjadi rigor mortis sekitar dua hingga enam jam setelah kematian. Selama fase ini, sel-sel rusak karena kekurangan oksigen dan nutrisi mencegahnya mengisi kembali diri mereka sendiri.
Setelah ini, proteolisis (penguraian protein) menyebabkan hilangnya kekakuan, dan tubuh menjadi lemas kembali. Secara umum, rigor mortis menghilang 36 jam setelah kematian, dan fase berikutnya dikenal sebagai 'kelemahan sekunder' (secondary flaccidity).
Jika tubuh ditinggalkan begitu saja, sejumlah serangga akan datang dengan cepat setelah kematian, biasanya setelah 10 menit, atau lebih.