JAKARTA - Jika selama ini Anda beranggapan bahwa luar angkasa sulit ditaklukan, maka pikiran itu harus dihapuskan. Terlebih, pabrik luar angkasa sebentar lagi akan hadir.
Ya, suatu pabrik akan dibangun di luar angkasa. Sesuatu yang sulit diterima akal manusia bukan? Tetapi, itu bukan isu belaka. Sebab, pabrik tersebut akan diluncurkan dari Inggris di akhir musim panas ini.
Pabrik luar angkasa itu, diberi nama 'ForgeStar'. Hal ini merupakan hasil kerja sama antara European Space Agency (ESA) dan Space Forge dengan kontrak dua tahun senilai 2,3 juta USD atau setara dengan Rp34,2 miliar.
Rencananya ForgeStar akan dikerahkan ke orbit Bumi seperti satelit kecil lainnya dengan muatan seberat 6 pounds atau setara 2,72 kilogram.
Pabrik tersebut, akan tetap di sana selama antara 10 hari hingga 6 bulan, sesuai dengan berapa lama membuat produk atau eksperimen dikerjakan.
Jika durasi waktu yang ditetapkan kurang, pabrik tersebut bisa diturunkan kembali ke Bumi dan dipulihkan. Setelah itu diorbitkan kembali ke luar angkasa. Tindakan ini dipercaya membantu menekan biaya.
"Apa yang kami lakukan pada 2026 adalah dapat meluncurkan satu satelit setiap bulannya, sehingga pada 2027 kami akan memiliki antara 6 hingga 12 satelit di luar angkasa yang secara rutin kembali ke Bumi," kata CEO Space Forge Joshua Western, pada Daily Express, dikutip Freethink dan diberitakan ulang MNC Portal, Kamis (23/6/2022).
Apa yang diproduksi pabrik luar angkasa ini?
Menurut laman The Independent, ForgeStar akan membuat semikonduktor yang lebih efisien dan paduan yang lebih kuat dan lebih ringan. Produk tersebut dianggap sulit diciptakan di Bumi karena masalah gravitasi, suhu, hingga atmosfer yang padat.
Salah satu produk yang bisa dibuat ForgeStar adalah paduan berbasis nikel yang dipakai untuk turbin pesawat. Paduan buatan ForgeStar diklaim lebih murah daripada buatan di Bumi.
"Paduan berbasis nikel bisa seharga 100.000 USD atau nyaris Rp1,5 miliar per kilogramnya. Ini jauh lebih ekonomis, mengingat 'transportasi luar angkasa' saat ini juga biayanya sudah lebih terjangkau," kata Andrew Bacon, salah seorang pendiri Space Forge.