JAKARTA - Ilmu astronomi telah digunakan oleh masyarakat di sekitar Candi Borobudur sejak berabad-abad lalu dan dapat diamati pada pergerakan bayangan yang jatuh di stupa utama.
Warisan ilmu itu disebut sebagai Pranata Mangsa, sebuah sistem penanggalan yang digunakan sebagai penanda waktu dan terutama sebagai petunjuk waktu yang tepat untuk bercocok tanam.
Peneliti Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Irma Hariawang menjelaskan bahwa konsep Pranata Mangsa diciptakan berangkat dari upaya manusia yang mencoba untuk memahami perilaku dan siklus alam. Tak hanya petani, Pranata Mangsa juga bermanfaat bagi nelayan untuk menetapkan waktu menangkap ikan di laut.
“Selain itu dari Pranata Mangsa, mereka (masyarakat) juga bisa berjaga-jaga karena dari situ mereka tahu kapan datangnya bencana banjir atau angin. Itu semua dari waktu yang panjang bagaimana mereka mengamati perilaku alam,” kata Irma saat peluncuran seri dokumenter Zenius di Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis (7/7/2022).
Irma mengatakan Pranata Mangsa secara formal dikenalkan oleh raja di masa lalu. Namun, catatan sejarah lain juga menyebutkan bahwa sistem penanggalan itu sudah muncul sekitar abad ke-9 atau ke-8.
“Itu pas dengan saat dibangunnya Borobudur, jadi Pranata Mangsa ini sudah mulai dikenal. Dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa memang ada kaitan antara Pranata Mangsa dan Borobudur, dari abad ke-8 atau ke-9 mereka sudah mulai mengamati pergerakan benda langit untuk menentukan masa tanam,” katanya.
Stupa utama Borobudur yang berada pada tingkat 10 berfungsi sebagai gnomon atau alat penanda waktu dengan mengandalkan bayangan yang ditimbulkan oleh sinar matahari.
Stupa utama itu dikelilingi stupa-stupa terawang pada tingkat tujuh, delapan, dan sembilan. Irma mengatakan, bayangan stupa utama akan jatuh pada stupa terawang tertentu yang dapat menandai penentuan awal musim Pranata Mangsa.
Irma bersama tim melakukan penelitan yang mengaitkan astronomi dan Candi Borobudur pada 2008 hingga 2010. Ia mengatakan posisi Borobudur sesuai arah mata angin yang di masa lampau ditentukan tanpa bantuan sistem pemosisi gobal (GPS) dan kompas.
Hal tersebut, kata Irma, menjadi salah satu yang memicu dirinya untuk melakukan penelitian.
Baca Juga: Kawal Pengembangan Kampung Perikanan Budidaya, KKP Siapkan Pengawas Perikanan Andal