JAKARTA - Balon udara memulai debutnya pada tahun 1852, kala itu keberadaannya dipuji sebagai masa depan untuk transportasi demi sebuah perjalanan.
Dilansir dari Mental Floss, Sabtu (20/8/2022), balon udara berisi gas untuk mengapung di atas tanah dan mesin untuk menempuh jarak yang sangat jauh, terlepas dari arah mana angin bertiup.
Dalam beberapa dekade, mereka digunakan untuk penerbangan penumpang dan operasi militer. Tetapi, hari ini keberadaannya berada dalam posisi yang juah berbeda.
Menurut Reader's Digest, hanya ada 25 balon udara yang tersisa pada 2022, dan kira-kira hanya setengahnya yang digunakan. Alih-alih untuk perjalanan mewah di seluruh dunia, balon hari ini terutama digunakan untuk iklan dan fotografi udara.
Lalu, bagaimana keberadaan balon udara itu berubah dari inovasi futuristik menjadi barang antik yang langka?
Kejatuhan terbesar balon udara adalah inefisiensi. Mayoritas curahnya dicadangkan untuk helium, menyisakan ruang terbatas untuk kargo dan penumpang. Belum lagi, mengangkut dengan kecepatan yang relatif lambat.
Menurut Guinness World Records, balon udara zeppelin kaku yang dibuat oleh AS dan Jerman pada 1930-an mencapai kecepatan tertinggi 140 kmh. Sebagai perbandingan, pesawat telah melewati batas 321 kmh saat ini.
Keamanan menjadi perhatian lain. Banyak balon udara yang digunakan pada awal abad ke-20 diisi dengan gas hidrogen yang sangat mudah terbakar daripada helium, yang membuat setiap kecelakaan berpotensi menjadi bencana.
Follow Berita Okezone di Google News