Share

WMO Ungkap Tren Panas Ekstrem di Eropa Bikin Peneliti Bingung

Tangguh Yudha, Jurnalis · Senin 07 November 2022 13:06 WIB
https: img.okezone.com content 2022 11 07 56 2702387 wmo-ungkap-tren-panas-ekstrem-di-eropa-bikin-peneliti-bingung-do4dhAO2qs.jpg WMO ungkap tren panas ekstrem di Eropa bikin peneliti bingung (Foto: Reuters)

JAKARTA - Seluruh Eropa akan memanas dua kali lebih cepat dibanding wilayah lain di dunia. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa suhu Benua Biru bakal menghangat lebih dari 2 derajat Celcius.

Dihimpun dari Space, Senin (7/11/2022), ini tidak lepas dari emisi gas rumah kaca. Eropa menanggung beban perubahan iklim, pemanasan pada tingkat yang dua kali lebih cepat dari rata-rata global.

Laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebutkan, mereka telah menganalis data selama 30 tahun dari tahun 1991 dan seterusnya, mengungkapkan tren pemanasan ekstrem di seluruh Eropa membuat bingung para peneliti.

Suhu rata-rata di Eropa meningkat pada tingkat 0,5 derajat Celcius per dekade selama periode penelitian, mencapai rata-rata keseluruhan 2,2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Angka itu, jauh di atas batas 1,5 derajat Celcius yang ditetapkan oleh komunitas klimatologi internasional dengan tujuan meminimalkan dampak lingkungan yang merusak dari perubahan iklim.

Laporan yang disusun para peneliti yang bekerja sama dengan program pengamatan Bumi Eropa Copernicus itu, menyatakan bahwa Eropa mulai saat ini sudah merasakan panas ekstrem.

Menurut perkiraan, musim panas 2022 adalah yang terkering dalam 500 tahun, dengan kekurangan air yang meluas dan kebakaran hutan yang memengaruhi bahkan negara-negara yang biasanya terbiasa dengan musim panas yang basah.

Gletser Alpen kehilangan ketebalan es sekitar 30 meter dari tahun 1997 hingga 2021 sebagai akibat dari pemanasan. Pada tahun 2021 saja, bencana terkait cuaca, sebagian besar terkait dengan banjir dan badai, menyebabkan kerusakan senilai $50 miliar di seluruh negara Eropa.

"Eropa menyajikan gambaran langsung tentang dunia yang memanas dan mengingatkan kita bahwa bahkan masyarakat yang siap sekalipun tidak aman dari dampak peristiwa cuaca ekstrem," Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal WMO.

“Tahun ini, seperti tahun 2021, sebagian besar Eropa telah dipengaruhi oleh gelombang panas dan kekeringan yang luas, memicu kebakaran hutan. Pada tahun 2021, banjir yang luar biasa menyebabkan kematian dan kehancuran," lanjutnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Para peneliti tidak tahu persis mengapa Eropa memanas begitu cepat. Namun, Samantha Burgess, wakil direktur untuk layanan perubahan iklim di Copernicus mengatakan, pemanasan mungkin ada hubungannya dengan kedekatan Arktik, yang sejauh ini merupakan wilayah pemanasan tercepat di dunia.

"Kita tahu bahwa Arktik memanas sekitar tiga kali lebih cepat daripada rata-rata global. Ini sudah 3 derajat Celcius, lebih hangat daripada di masa pra-industri. Cukup rumit untuk mengungkap alasan ilmiah di balik mengapa pemanasan terjadi jauh lebih cepat di sana," ungkap Burgess.

Pemanasan Arktik, yang mungkin meluas ke Eropa, mungkin ada hubungannya dengan perubahan albedo Bumi, kemampuannya untuk memantulkan sinar Matahari, yang berbeda untuk permukaan yang tertutup es dan yang tertutup air.

Sementara es bertindak seperti cermin, memantulkan sebagian besar radiasi yang masuk dari permukaan, kolam air yang terbentuk di atas es yang mencair sebagai akibat dari pemanasan yang berlangsung menyerap panas, menyebabkan pemanasan lebih lanjut.

Antartika, kemungkinan karena massa daratan yang mendasarinya, tampaknya lebih terlindungi dari efek terburuk ini. Laporan WMO baru menyatakan, terlepas dari upaya pengurangan emisi, suhu di semua wilayah Eropa akan terus meningkat pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata global.

"Frekuensi dan intensitas panas ekstrem, termasuk gelombang panas laut, telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir dan diproyeksikan akan terus meningkat terlepas dari skenario emisi gas rumah kaca," kata Copernicus dalam pernyataannya.

"Ambang batas kritis yang relevan untuk ekosistem dan manusia diproyeksikan akan terlampaui untuk pemanasan global 2 derajat Celcous dan lebih tinggi," tambahnya.

Meski demikian, kabar baiknya adalah bahwa Eropa juga memimpin dalam upaya mitigasi emisi gas rumah kaca. Di seluruh Uni Eropa, emisi gas rumah kaca menurun sebesar 31% antara tahun 1990 dan 2020, dengan target pengurangan bersih sebesar 55% untuk tahun 2030.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini