Share

Kebutuhan Pengguna Telekomunikasi Semakin Meningkat, Teknologi FMC Menjadi Solusi

Andera Wiyakintra, Jurnalis · Jum'at 24 Februari 2023 13:09 WIB
https: img.okezone.com content 2023 02 24 54 2770614 kebutuhan-pengguna-telekomunikasi-semakin-meningkat-teknologi-fmc-menjadi-solusi-oakG4hyJc6.jpeg Kebutuhan Pengguna Telekomunkasi Meningkat, Teknologi FMC Menjadi Solusi

Saat ini, kebutuhan pengguna telekomunikasi di Indonesia semakin meningkat pesat. Salah satu cara untuk menangani permasalahan ini adalah konvergensi layanan telekomunikasi. Pada akhirnya para pengguna telekomunikasi di Indonesia membutuhkan layanan yang lancar, cepat, dan minim blank spot.

Pengadaan teknologi FMC (Fixed Mobile Convergence) sebenarnya sudah muncul sejak tahun 2005. Teknologi FMC sendiri adalah penggabungan layanan fixed broadband dan seluler dalam satu genggaman.

Teknologi FMC sendiri mau tidak mau harus bisa hadir di Indonesia. Karena, kebutuhan masyarakat yang semakin dan teknologi di Indonesia pun sebenarnya sudah mendukung.

“Fixed-Mobile Convergence (FMC) sudah menjadi topik sejak dua dekade lalu secara teknologi, hal ini karena pelaku usaha sadar kebutuhan pasar pasti mengarah ke konvergensi seiring digitalisasi kian kencang,” ujar Doni Ismanto Darwin selaku Founder IndoTelko Forum, dalam sebuah diskusi yang bertajuk “Entering Telecommunication Convergence Era, How to Respond?".

Para operator layanan juga sudah mulai serius untuk mengerjakan teknologi FMC, terbukti dengan menggenjot pengerjaan dan penyediaan layanan 5G serta fiberisasi jaringan. Beberapa perusahaan sudah mulai menggarap teknologi FMC.

“Kalau di pasar global, 23 dari 25 pemain sudah memiliki kapabilitas Fixed dan Mobile di dalam entitas yang dikuasai 100%. Gejala sama terjadi di Indonesia, lihat saja XL Axiata yang mengakuisisi LinkNet atau MyRepublic, Smartfren, dan Moratelindo yang sahamnya dikuasai Grup Sinar Mas. Jika kontrol dalam satu entitas akan memudahkan untuk menggelar FMC. Saya yakin FMC akan menjadi produk yang layak dijual ke pasar oleh operator untuk beberapa tahun mendatang,” lanjut Doni.

Pengadaan teknologi FMC sendiri harus dilakukan secara bertahap. Jika tidak dilakukan secara bertahap maka biaya pengeluaran akan membengkak, seperti yang diungkapkan oleh Piter Abdullah selaku Direktur Eksekutif Segara Research Institute dan Dosen Perbanas Institute.

Konvegensi layanan telekomunikasi sendiri tidak akan mencekik konsumen, terutama dari banderol harga yang nantinya akan ditawarkan.

"Yang namanya bisnis akan utamakan customer, kalau enggak harga yang murah ya layanan yang bagus. Yang lakukan konvergensi kan ada beberapa perusahaan, jadi mereka pasti enggak mau lakukan sesuatu yang merugikan konsumen hingga buat konsumennya pindah," ungkap Piter dalam diskusi itu.

Follow Berita Okezone di Google News

Pihak XL Axiata, TelkomGroup, dan Smartfren sudah mulai bergerak menuju penggunaan teknologi FMC. Para pemain besar tersebut mau tidak mau harus ikut bergabung untuk melakukan inisiasi teknologi FMC.

"Karena kalau tidak dilakukan Telkom ya operator lain akan lakukan," kata Niko Margaronis yang merupakan Analis dari BRI Danareksa.

Menurut Niko, Para operator telekomunikasi harus bisa menghidupkan layanan 5G dan FMC secara berbarengan, jadi tidak bisa memilih salah satu saja, walaupun layanan FMC lebih mendatangkan keuntungan daripada 5G.

Dengan menggabungkan layanan ini para operator bisa memasarkan OTT, LoT, dan layanan Internet untuk rumah. "FMC basisnya, supaya operator bisa jualan, offering (layanan) harus komprehensif," sambung Niko.

Layanan 5G di Indonesia diperkirakan akan semakin meluas di tahun 2024, walaupun penetrasi di layanan mobile mengalami penurunan, tetapi layanan fixed broadband justru memiliki kemungkinan besar untuk semakin bertumbuh.

Permintaan pasar di sektor telekomunikasi saat ini mengacu kepada efisiensi, sehingga para operator ingin memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat.

"Apa yang menguntungkan konsumen kami di BNKP akan dukung, tapi ada catatan kalau FMC diimplementasikan, misal apakah kualitasnya akan seperti apa dan jangan sampai ini hanya vendor driven saja bukan didorong dari kebutuhan konsumen," kata Heru Sutadi selaku Direktur Eksekutif ICT Institute yang juga Anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) RI. 

Heru juga menyarankan untuk memikirkan biaya yang akan dibebankan kepada pengguna agar tidak lebih mahal. Para operator bisa memainkan faktor diskon dengan memberikan bundling, agar menarik minat para pengguna.

“Pasar global FMC diperkirakan naik cukup besar pada 2023-2028 terutama di Eropa, Asia Pasifik dan Amerika Utara. Banyak negara sekadar satukan fixed dan mobile hanya karena faktor kompetisi, selain itu di banyak negara lain yag pemain telkonya enggak begitu, banyak mereka bermain di sisi diskon (harga). Langkah awal penyatuan agar operator telko dapat dua pendapatan dari mobile dan fixed. Dari sisi konsumen, dari sisi yang fixed tarif yang langganan ini harus beri manfaat, harga lebih mahal ya orang enggak mau.” ungkap Heru.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini