Menguap biasanya sering terjadi saat tubuh merasa lelah, mengantuk, atau sedang bosan. Reaksi tubuh seperti ini juga bisa terjadi saat melihat orang lain menguap karena sifatnya yang menular. Lantas apa yang menyebabkan manusia menguap?
Tidak ada teori yang secara pasti bisa menjawabnya. Namun ada beberapa teori yang menarik yang menjelaskan alasan manusia melakukannya.
Banyak orang yang meyakini menguap adalah proses menghilangkan karbon dioksida untuk mengambil lebih banyak oksigen. Namun beberapa penelitian membantahnya.
Menurut teori ini, orang bernapas lebih lambat saat merasa bosan atau mengantuk dan lebih sedikit oksigen yang masuk ke paru-paru. Saat CO2 menumpuk di dalam darah, otak secara refleks mendorong napas dalam yang kaya oksigen.
Dilansir dari Mental Floss, studi tentang hal ini diungkap oleh almarhum Dr. Robert Provine, seorang profesor di University of Maryland Baltimore County yang dikenal ahli menguap di dunia.
Provine melakukan percobaan di mana para sukarelawan menghirup salah satu dari empat gas yang mengandung berbagai rasio karbon dioksida terhadap oksigen dalam waktu 30 menit.
Udara normal mengandung 20,95% oksigen dan 0,03 persen karbon dioksida. Tetapi tak satu pun dari gas dalam percobaan itu dengan konsentrasi CO2 yang lebih tinggi menyebabkan subjek penelitian menguap lebih banyak.
Para ilmuwan berpendapat menguap adalah reaksi tubuh untuk mendinginkan otak. Hal tersebut disampaikan dua peneliti di University of Albany pada tahun 2007.
Mereka melakukan percobaan mirip dengan Provine dan menemukan hal yang sama, yakni menaikkan dan menurunkan kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah tidak dapat mengubah jumlah atau lamanya menguap.
Eksperimen ini fokus pada mekanisme pendinginan otak, pernapasan hidung dan pendinginan dahi. Bernapas melalui hidung dapat mendinginkan pembuluh darah di rongga hidung dan mengirimkan darah yang lebih dingin itu ke otak.
Demikian juga pada saat mendinginkan dahi, pembuluh darah di sekitarnya akan mengalirkan darah dingin ke otak.
Para peneliti menemukan para subjek uji mereka yang menggunakan handuk hangat di kepala menguap lebih banyak daripada yang menggunakan handuk dingin.
Sementara subjek yang bernapas melalui hidung selama percobaan tidak menguap sama sekali.
Maka dari itu peneliti menyimpulkan bahwa menghirup udara yang banyak pada saat menguap dapat mendinginkan otak dan menjaga efisiensi mental.
Artinya, apabila seseorang menguap, hal itu membuktikan suhu otaknya sedang naik. Dengan menguap, tubuh sedang berupaya untuk mendinginkan otak melalui oksigen yang dihirup.
(DRA)
Follow Berita Okezone di Google News
(dra)