Istilah Paradoks Fermi tentu asing untuk sebagian orang, istilah ini mengacu pada dikotomi antara kemungkinan besar adanya kehidupan atau kecerdasan ekstraterestrial atau alien. faktanya sampai saat ini kita tidak memiliki bukti tentang mereka.
Paradoks ini pertama kali dijelaskan oleh mendiang penulis fiksi ilmiah asal Inggris, Sir Arthur C. Clarke, yang berkata bahwa di alam semesta ini ada dua kemungkinan, yakni kita benar-benar sendirian atau ada makhluk lain. Menurutnya, kedua kemungkinan sama-sama menakutkan.Â
Sejak saat itu, banyak ahli memiliki pertanyaan yang sama. Mengapa sampai sekarang kita belum mendengar kabar dari siapa pun di luar sana? Padahal semesta sendiri sangat luas, di galaksi Bima Sakti sendiri banyak sekali planet dan bintang.
Menurut NASA hanya dalam dua dekade terakhir saja kita telah menemukan lebih dari 4.000 planet di luar tata surya, dengan triliunan bintang diperkirakan ada di galaksi kita yang sebagian besar di antaranya menampung planetnya sendiri.
Paradoks Fermi kemudian dibuat semakin populer oleh fisikawan Italia-Amerika Enrico Fermi. Melansir dari Live Science, ia telah mengemukakan pertanyaannya tentang alien saat makan siang bersama rekan-rekannya di tahun 1960.
Dia bertanya-tanya, mengingat planet Bumi relatif muda dibandingkan dengan alam semesta, seharusnya sudah ada kehidupan lain dari luar planet Bumi yang mengunjungi kita sekarang, tetapi hingga saat ini kita tidak memiliki bukti bahwa hal itu pernah terjadi.
Fermi meninggal empat tahun kemudian, pada tahun 1954, sehingga tidak perlu waktu lama untuk merenungkan pertanyaan tersebut. Tapi idenya telah memicu seluruh bidang ilmu berharap untuk memecahkan masalah ini.
Ada sejumlah solusi untuk Paradoks Fermi. Yang paling jelas, dan mungkin, adalah bahwa teknologi kita kurang mendukung untuk menemukan kehidupan lain, dan perjalanan antarbintang sangat sulit dilakukan.
Planet pertama di luar tata surya kita baru ditemukan pada 1990-an. Ini berarti kita baru saja mulai mempelajari dunia lain. Sampai detik ini bahkan kita belum bisa menemukan planet yang persis seperti Bumi, mengorbit bintang seperti Matahari.
Teleskop-teleskop masa depan diharapkan mampu mendeteksi planet-planet tersebut dalam satu atau dua dekade mendatang. Meski begitu, jarak antar sistem bintang sangat besar, membuat perjalanan di antara bintang-bintang tersebut menjadi sulit.
Sistem bintang terdekat kita misalnya, Alpha Centauri, berjarak empat tahun cahaya. Jarak dari Bumi ke Neptunus, sebagai perbandingan, adalah 0,0005 tahun cahaya, sebuah perjalanan yang masih membutuhkan waktu puluhan tahun dengan teknologi saat ini.
Pada akhirnya, para ilmuwan membutuhkan lebih banyak data untuk benar-benar memahami Paradoks Fermi. Jadi, bisa disimpulkan bahwa Paradoks Fermi akan terus bergulir seiring berjalannya waktu.
(DRA)
Follow Berita Okezone di Google News
(dra)