INDONESIA memang tengah memasuki musim panas dalam beberapa minggu terakhir ini. Sebenarnya, bukan hanya Indonesia saja yang mengalami cuaca panas ekstrem ini, tapi beberapa aerah di Asia ikut mengalami cuaca panas.
Hal ini tidak terlepas dari badai El Nino yang semakin menguat dan segera memasuki periode awal dalam waktu dekat. El Nino sendiri adalah fenomena pemasanan Suhu Muka Laut (SML) diatasa kondisi normalnya yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah.
El Nino dalam jangka panjang akan memberikan dampak besar terhadap dan iklim di dunia. Ciri-ciri El Nino sudah mulai terlihat dalam beberapa waktu terakhir dan kemungkinan akan terus berlanjut tahun 2023 hingga 2024. Peristiwa ini kemungkinan akan meningkatkan suhu rata-rata global.
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) telah mengisyaratkan bahwa El Nino tengah bersiap untuk masuk yang ditandai dengan naiknya suhu permukaan rata-rata di Pasifik tropis. Hal tersebut memperkuat peringatan sebelumnya dari World Meteorological Organization (WMO), yang berlanjut pada gelombang Kelvin di Pasifik yang mengindikasikan El Nino sedang terjadi di lautan.
Dilansir dari IFL Science, siklus El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan sebuah pola fluktuasi iklim di Samudera Pasifik yang membawa dampak global. Termasuk pola angin, suhu, curah hujan, hingga intensitas musim badai.
Dalam siklus beberapa tahun, kondisi bisa berubah dari El Nino, kemudian fase hangat ENSO, lanjut ke La Nina, fase pendinginan, dan sebaliknya. Selama peristiwa El Nino, angin di sepanjang ekuator lebih lemah. Air yang hangat kemudian didorong kembali ke timur menuju pantai barat Amerika. Imbasnya, air dingin yang naik ke permukaan jadi lebih sedikit.
Follow Berita Okezone di Google News